Senin, 03 Maret 2014

PERENCANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS, PENYUSUNAN PROPOSAL DAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PERENCANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Mengidentifikasi dan Menganalisis Masalah
A.    Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki dikelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa.
Hopkins (1993) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat memulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut.
Hal penting yang harus kita cermati dari penjelsan diatas bahwa munculnya masalah pertama kali sering dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih kabur. Namun tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah, meskipun tidak mustahil semua guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktek pembelajaran yang dikelolanya. Bahkan mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya, meskipun ia sendiri merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya, yang memerlukan perbaikan segera. Jika masalah dibiarkan tanpa upaya perbaikan yang tepat dan sisitematis akan berdampak pada menurunnya kualitas pembelajaran. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan berusaha untuk tidak menutup-nutupi masalah yang dihadapinya. Berbekal kejujuran dan keterbukaan tersebut, guru dapat mengidentifikasi masalah pembelajaran dengan mengemukakan beberapa pertanyaan. Sudarsono (1996/1997 : 5) mengungkapkan beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan panduan untuk mengidentifikasi masalah, yakni sebagai berikut :
1.      Apa yang menjadi keptihatinan anda ( seorang guru,  kepala sekolah) ?
2.      Mengapa anda memprihatinkannya ?
3.      Menurut anda, apa yang dapat anda lakukan untuk itu ?
4.      Bukti-bukti apa yang dapat anda kumpulkan agar dapat membantu membuat penilaian tentang apa yang terjadi ?
5.      Bagaimana anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut ?
6.      Bagaimana anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan keakuratan tentang apa yang telah terjadi ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada refleksi diri membutuhkan keterbukaan dan kejujuran. Jika kita tidak mampu mengungkapkan secara jujur dan terbuka, maka tindakan-tindakan perbaikan yang kita rancang dikhawatirkan tidak dapat mencapai sasaran tepat. Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman atau kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah.
Wardani (2003 :2.5) memaparkan beberapa bentuk pertanyaan sederhana untuk menjadi acuan di dalam mengidentifikasi masalah yang dapat dijawab oleh guru sendiri, seperti dibawah ini :
1.      Apa yang sedang terjadi di kelas saya ?
2.      Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?
3.      Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya ?
4.      Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan ?
5.      Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki situasi yang ada ?
Pertanyaan pertama akan menghasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas. Daftar masalah ini mungkin masih bersifat umum, bahkan masih kabur sehingga nantinya perlu dilakukan analisis. Tidak mustahil pula ada di antara guru yang merasa kesulitan di dalam menemukan masalah yang terjadi di kelasnya. Jika hal ini terjadi, maka guru tersebut perlu dibantu untuk mengenal masalahnya. Berikut ini adalah salah satu contoh dialog antara dosen dan salah seorang guru yang belum dapat menemukan masalah dikelasnya yang dilaksanakan dalam suatu proses bimbingan mengidentifikasi masalah dalam perkuliahan PTK.
Dosen : Apakah ibu merasa ada masalah dalam proses pembelajaran yang ibu lakukan ?
Guru    : Tidak. Saya merasa tidak ada masalah di dalam proses pembelajaran yang saya lakukan.
Dosen : Bagaimana ibu mengetahui bahwa memang tidak ada masalah di dalam pembelajaran ?
Guru    : Kegiatan pembelajaran yang saya lakukan berjalan dengan baik dan lancer saja. Kalau saya menjelaskan siswa-siswa saya umumnya mendengarkan. Jika saya berikan PR , pada umumnya mereka kerjakan. Jika saya memberikan tugas latihan di kelas mereka mengerjakan. Tidak ada keributan-keributan yang berarti. Jadi saya merasa tidak ada masalah dengan pembelajaran saya.
Dosen : Apakah ibu merasa bahwa hasil-hasil latihan yang dikerjakan sudah dapat mencapai hasil optimal seperti yang ibu harapkan ?
Guru    : Kalau soal hasil memang belum optimal. Bahkan hamper separuh dari siswa-siswa saya masih mendapat hasil yang rendah.
Dosen : Apakah ketika ibu menjelaskan, siswa-siswa yang ibu ajarkan aktif mengajukan pertanyaan terutama mereka yang diduga belum mengerti ?
Guru    : Kalau bertanya memang siswa-siswa saya sulit. Meskipun mereka tidak mengerti, biasanya mereka sulit sekali untuk mengajukan pertanyaan. Padahal saya selalu mendorong mereka agar jangan malu dan segan bertanya, akan tetapi tetap saja jarang ada yang bertanya. Bahkan seringkali yang bertanya itu mereka yang sudah agak mengerti. Saya merasa kesulitan untuk mendorong mereka agar lebih aktif. Padahal kalau diberikan soal-soal latihan banyak di antara mereka yang tidak bias mengerjakan dengan baik.
Dosen : Ketika ibu melaksanakan diskusi kelompok atau diskusi kelas, apakah siswa-siswa juga aktif mengemukakan pendapat, saran atau pertanyaan.
Guru    : Sebagian aktif. Tetapi yang aktif itu hanya beberapa orang saja, sebagian besar sulit sekali untuk ikut mengungkapkan pikiran-pikiran mereka.
Dosen  : Kalau begitu ibu merasa ada masalah dalam pembelajaran ?
Guru    : Ya ada, bahkan banyak masalah.

Berdasarkan dialog diatas ada kalanya kita menjumpai hal seperti itu. Kejadian ini adalah hal yang wajar, sebab untuk mengetahui ada tidaknya masalah juga memerlukan ketajaman dan daya piker kritis dalam menilai situasi.
Melakukan refleksi diri sebagaimana langkah-langkah yang ada dan sesuai mengingatkan kita akan salah satu karakteristik PTK yaitu masalah harus berasal dari guru sendiri sebagai pelaku atau pengelola pembelajaran dan bukan berasal dari orang luar. Namun ada kalanya guru perlu dibantu untuk mengidentifikasi masalah. Dalam hal ini guru dapat dibantu oleh rekan-rekan guru yang lain, kepala sekolah, atau dosen LPTK yang berkolaborasi dengan sekolah. Namun sekali lagi perlu ditekankan bahwa aktor utama dalam hal ini adalah guru, bukan mitra kolaborasi, dan hubungan antara kepala sekolah, atau mitra kolaborasi adalah sebagai teman sejawat bukan sebagai atasan dan bawahan.
Dibawah ini terdapat beberapa contoh hasil identifikasi yang pernah dilakukan guru ketika mengawali perencanaan PTK, terutama untuk menjawab pertanyaan pertama tentang apa yang terjadi di kelas.
Ilustrasi 1:
Bu Isma adalah seorang guru yang bertugas mengajar pada salah satu sekolah dasar. Melalui laporan tertulisnya ia menuturkan hasil identifikasi yang ia lakukan di kelasnya seperti dituturkan berikut. Saya mengajar pelajaran matematika di kelas IV. Ketika saya mengajar, terutama ketika mengawali kegiatan mengajar, biasanya saya gunakan untuk memeriksa pekerjaan rumah (PR) siswa-siswa saya. Hampir setiap kali saya melakukan pengecekan, saya menemukan salah seorang siswa yang selalu mengerjakan PR di kelas. Di kelas juga ia tidak mengerjakan sendiri, akan tetapi meniru atau mencontek pekerjaan teman-temannya yang sudah selesai. Jika saya minta untuk maju ke depan kelas (menyelesaikannya di papan tulis) ia tidak bisa menyelesaikannya, bahkan kadang-kadang tidak mau mengerjakan. Akibat perilakunya yang buruk tersebut hasil-hasil latihan dan ulangan yang dicapainya sangat rendah.
Ilustrasi 2 :
Pak Dian adalah salah seorang guru IPA yang mengajar di kelas V. Ia merasa ada masalah dalam pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil identifikasi yang ia lakukan, ada beberapa masalah yang berhasil ia identifikasi.
1.      Siswa kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pelajaran.
2.      Sebagian siswa tidak melakukan dengan sungguh-sungguh ketika praktikum IPA. Mereka lebih banyak bermain daripada melakukan latihan.
3.      Terdapat beberapa orang siswa yang seringkali mengganggu teman-teman sekelas sehingga suasana belajarmenjadi terganggu.
4.      Seringkali ditemukan beberapa siswa melakukan aktivitas sendiri ketika guru menerangkan pelajaran, akan tetapi mereka tidak mengganggu teman-teman lain dan tidak membuat keributan di kelas. Misalnya mereka menggambar, padahal guru sedang menjelaskan materi pelajaran IPA.
Kita juga dapat memperhatikan salah satu contoh hasil identifikasi masalah yang dilakukan oleh salah seorang guru Geografi pada salah satu SMP seperti yang dimuat pada Buletin pelangi Pendidikan (2001) seperti berikut :
a.       Jika diajak tanya jawab pada awal pembelajaran siswa cenderung menghindar untuk menjawab.
b.      Sangat sedikit siswa yang berani mengajukan pertanyaan.
c.       Sebagian siswa mencatat pelajaran Geografi pada buku yang berganti-ganti.
d.      Siswa cenderung cepat bosan memperhatikan pelajaran, kemudian mengobrol dengan pasangan duduknya.
e.       Sebagian besar siswa tidak mengerjakan PR di rumah, melainkan di kelas menjelang pelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa menyalin PR teman-temannya.
f.       Kemampuan berfikir rasional siswa sangat lemah dalam mengerjakan soal-soal geografi.
g.      Siswa tidak dapat mentransfer keterampilan mengemukakan hipotesis untuk mata pelajaran lain.
h.      Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain.
i.        Siswa tidak dapat berusaha mengaitkan nama-nama kota dengan keadaan alam disekitarnya.
j.        Siswa tidak berusaha mengaitkan keadaan alam suatu daerah dengan  kehidupan masyarakatnya.

B.     Menganalisis dan Merumuskan Masalah
Menganalisis masalah merupakan langkah yang harus dilakukan guru setelah melakukan identifikasi. Jika melalui identifikasi kita dapat menemukan beberapa masalah yang terkait dengan kegiatan pembelajaran di kelas, maka analisis bertujuan agar masalah tersebut menjadi lebih jelas dan dapat menduga faktor-faktor penyebabnya. Identifikasi masalah akan menghasilkan daftar masalah. Guru sebagai peneliti selanjutnya perlu melakukan analisis. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur. Analisis dapat kita lakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, persiapan mengajar atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang kita siapkan.
Jika kita memperhatikan ilustrasi pertama dimana banyak siswa tidak mengerjakan PR kemudian banyak yang memilih untuk menyontek pekerjaan teman di sekolah, kita belum bisa menentukan apa masalah nyata yang  dihadapi siswa. Kemungkinan motivasi belajar mereka rendah, atau karena mereka tidak dapat mengikuti penjelasan yang disampaikan guru. Hal itu juga dapat terjadi karena sebagian mereka tidak memiliki buku paket karena buku paket tidak mencukupi untuk seluruh siswa, sehingga harus meminjam dengan teman lain. Atau dapat pula terjadi karena beberapa siswa harus membantu pekerjaan orang tua mereka, sehingga hampir tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan PR. Mungkin masih ada masalah-masalah lain yang terkait dengan kebiasaan anak yang tidak mengerjakan PR tersebut. Oleh sebab itu perlu diperjelas masalah sesungguhnya, sehingga guru dapat mencari alternative pemecahan yang tepat untuk dikembangkan melalui PTK.
Analisis masalah mempunyai beberapa tujuan yaitu : a). mendapatkan kejelasan masalah yang sesungguhnya, b). menemukan kemungkinan factor penyebab, c). menentukan kadar permasalahan. Untuk lebih jelasnya masing-masing tujuan diuraikan berikut :
a.       Memperjelas masalah
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa melalui identifikasi masalah biasanya guru menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran-nya. Akan tetapi seringkali masalah tersebut masih bersifat umum dan masih samar-samar. Karena itu masalah tersebut perlu dianalisis untuk memperjelas dan agar menjadi lebih spesifik. Sebagai contoh, ketika seorang guru mencermati situasi kelas ketika pelajaran matematika berlangsung, guru menyimpulkan bahwa siswa-siswa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Kesimpulan tersebut didasari pengamatan guru, dimana siswa-siswa tidak menunjukkan sikap antusias dalam belajar, enggan mengajukan pertanyaan, kurang serius mengerjakan latihan, dan hasil latihan penyelesaian soal rata-rata rendah. Namun permasalahan kurang tertariknya siswa terhadap pelajaran matematika masih bersifat umum dan masih kabur. Karena itu masalah tersebut perlu dianalisis. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri atau refleksi diri. Guru dapat mengajukan pertanyaan seperti, apakah ketidaktertarikan siswa tersebut berlaku pada semua materi pelajaran, atau pada materi-materi tertentu. Apakah materi pelajaran yang tidak menarik, ataukah cara penyampaian guru yang membuat siswa tidak tertantang bahkan mungkin membuat siswa merasa jenuh. Rendahnya hasil latihan apakah berlaku bagi semua materi latihan atau pada pokok bahasan tertentu, karena ada sejumlah guru sering mengeluh rendahnya nilai hasil latihan terutama sekali ketika menyelesaikan latihan soal cerita dalam matematika. Jika hal itu yang terjadi, maka masalahnya tentu akan berbeda jika kesulitan penyelesaian soal mencakup semua bentuk latihan atau semua materi setiap pokok bahasan. Oleh sebab itu maka analisis masalah mempunyai arti penting untuk merumuskan alternatif pemecahan masalah.
b. Menemukan kemungkinan faktor penyebab
Dengan melakukan analisis masalah secara cermat, disamping dapat menjadikan masalah semakin jelas serta spesifik, juga sekaligus dimungkin-kan menemukan faktor-faktor penyebab munculnya masalah tersebut. Ketika guru melakukan perenungan atau refleksi apakah siswa-siswanya benar-benar tidak tertarik  pada pelajaran matematika dengan sendirinya guru juga memi-kirkan mengapa mereka kurang tertarik. Untuk menemukan faktor  penyebab dalam kegiatan analisis masalah ini ada dua cara yang dapat dilakukan guru. Pertama merenung kembali masalah tersebut dengan cara mengajukan pertanyaan yang harus kita jawab sendiri. Renungan terhadap diri kita sendiri sering kali disebur refleksi atau intropeksi. Dalam melakukan intropeksi ini ada beberapa pertanyaan yang dapat kita ajukan. Anda dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara bebas kepada diri sendiri, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berkenan dengan metode mengajar, bahan pelajaran, motivasi siswa, hasil belajar siswa, kemampuan mengerjakan latihan dan sebagainya. Dibawah ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat kita ajukan .
·         Apakah cara saya menjelaskan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa?
·         Apakah penjelasan yang saya berikan sudah cukup disertai contoh-contoh ?
·         Apakah saya sudah memberikan dorongan agar mereka memberikan tanggapan terhadap apa yang saya jelaskan ?
·         Apakah bimbingan dalam penyelesaian latihan yang saya berikan cukup memadai ?
·         Apakah saya terlalu banyak menggunakan istilah-istilah yang tidak mereka pahami ?
Cara kedua untuk menemukan faktor penyebab munculnya suatu masalah, kita juga dapat bertanya kepada siswa, baik dengan mengguna-kan wawancara maupun dengan memberikan kuesioner. Akan tetapi perlu kita angkat, disamping kuesioner memerlukan beberapa langkah persiapan dalam pembuatannya, kita juga harus yakin bahwa siswa-siswa kita di sekolah dasar memahami substansi pertanyaan dan cara-cara menjawab-nya. Oleh sebab itu mungkin wawancara lebih tepat dilakukan dibanding-kan kuesioner dengan mempertimbangkan berbagai hal, terutama dikaitkan dengan pengalaman dan kemampuan mereka sebagai siswa sekolah dasar. Wawancara yang kita lakukan juga tidak perlu dalam situasi yang terlalu formal. Kita juga dapat melakukannya disela-sela kegiatan pembelajaran, waktu istirahat, pada saat di perpustakaan dan sebagainya sehingga siswa tidak merasa takut atau segan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kita. Beberapa pertanyaan sederhana yang dapat kita ajukan kepada siswa, misalnya :
·         Apakah kamu mengerti materi pelajaran yang guru jelaskan ?
·         Apa tanggapan kamu tentang cara guru menjelaskan materi pelajaran ?
·         Apakah kamu sering mengajukan pertanyaan ?
·         Apakah kamu mengalami kesulitan mengerjakan latihan soal ?
·         Apakah guru memberikan bimbingan jika kamu menghadapi kesulitan mengerjakan latihan ?
·         Apakah pekerjaan rumah yang guru berikan dapat kamu kerjakan ?
Kita juga dapat mengkaji berbagai dokumen kelas, seperti daftar hadir, daftar nilai atau dokumen lain yang memuat data terkait dengan masalahnya tersebut. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus pula mengarah pada penemuan kemungkinan faktor yang diduga kuat sebagai penyebab dari suatu masalah yang kita hadapi.
Jika guru dapat bersikap jujur dan terbuka pada diri sendiri, ia akan mengembangkan sejumlah pertanyaan lebih lanjut. Misalnya apakah cara saya mengajar yang kurang menarik. Mungkin metode mengajar yang kurang bervariasi. Ataukah pendekatan kepada siswa-siswa belum dapat saya lakukan secara baik. Mungkinkah saya kurang melibatkan mereka dalam pembahasan materi sehingga saya nampak terlalu mendominasi proses pembelajaran yang seharusnya saya dapat melibatkan mereka secara aktif. Atau saya kurang mendayagunakan media dan sumber-sumber belajar, sehingga mereka menjadi jenuh dengan penjelasan yang saya berikan. Secara langsung maupun tidak langsung ketika guru melakukan analisis masalah seperti ini ia juga sudah terlibat di dalam memikirkan faktor-faktor penyebabnya. Keadaan seperti ini merupakan langkah yang positif untuk kelanjutan tahapan di dalam PTK.
c. Menentukan kadar permasalahan
1.      Jika kita menganalisis daftar hadir siswa. Analisis kehadiran akan memungkinkan guru mengetahui sebarapa besar keaktifan siswa masuk sekolah dengan melakukan perhitungan persentase kehadirannya setiap minggu atau setiap bulan. Perlu dicermati pula apakah yang sering tidak hadir hanya siswa-siswa tertentu atau menyangkut sebagian besar siswa.
2.      Menganalisis daftar nilai siswa untuk menemukan bagaimana hasil belajar yang mereka peroleh. Bagaimana rata-rata nilai mereka capai pada seluruh bidang studi yang diajarkan. Bidang studi mana yang pencapaian hasil belajarnya rendah, dan bidang studi mana yang mampu mencapai hasil rerata yang baik. Di samping itu analisis daftar nilai juga dapat memberikan jawaban siswa-siswa mana yang sangat rendah capaian hasil belajarnya.
3.      Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai, apakah tugas-tugas dan bahan pelajaran tersebut cukup menantang atau membosankan.
4.      Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa. Apakah balikan  tersebut membuat siswa frustasi atau mendorong siswa untuk memperbaiki pekerjaannya.
Melakukan analisis masalah dengan melakukan refleksi atas apa yang terjadi dan apa yang kita lakukan, atau melakukan pengkajian terhadap dokumen-dokumen kelas seperti daftar hadir, daftar nilai dan sebagainya, maka kita akan sampai kepada penilaian seberapa berat atau seberapa mendasarnya masalah tersebut dalam upaya mencapai perubahan kearah hasil belajar yang lebih baik. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa masalah yang tersebut berkaitan dengan keterlibatan sebagian besar siswa dan berkenaan dengan hal-hal substansif dalam pembelajaran berarti permasalahan dapat dikategorikan sebagai masalah strategis. Sebaliknya jika hasil analisis merujuk kepada suatu masalah yang kurang mendasar dan tidak terkait langsung dengan keberlangsungan proses pembelajaran, maka mungkin tidak digolongkan sebagai masalah mendasar dan strategis sehingga dapat dikaji atau diselesaikan dengan cara lain dan tidak perlu dikaji melalui PTK.
Untuk membantu mempertajam analisis masalah, guru dapat menganalisis beberapa komponen berikut :
Langkah berikut yang kita lakukan adalah merumuskan masalah. Secara sederhana merumuskan masalah dapat diartikan sebagai menyatakan suatu masalah secara kongkrit dan operasional sehingga member kejelasan bagi penentu alternative pemecahan atau perbaikannya. Menurut Borg (2001), kata benda permasalahan memiliki makna konvensional dan makna teknis. Dalam pemikiran konvensional, suatu permasalahan dapat diartikan sebagai seperangkat kondisi yang memerlukan pembahasan, keputusan, suatu solusi atau informasi. Sebuah permasalahan penelitian menyatakan secara tidak langsung kemungkinan investigasi empiris, yakni pengumpulan data dan analisis.
Untuk memperjelas kembali, sebagai contoh setelah pak Ardi melakukan analisis secara cermat maka ia sampai kepada kesimpulan bahwa masalah mendasar dalam pembelajaran IPA di kelas V yang dia hadapi adalah kurangnya perlibatan siswa di dalam mengungkapkan contoh dan merumuskan kesimpulan materi pokok yang dibahas. Karena itu guru tersebut membuat pernyataan masalah seperti contoh berikut :
            Contoh 1
Penjelasan materi pelajaran IPA masih sangat didominasi guru, siswa kurang dilibatkan untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan materi pokok yang dibahas sehingga siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran.
Pernyataan masalah yang diungkapkan di atas semakin memberikan arah yang jelas bagi pak Ardi tentang apa yang harus dilakukannya di dalam memperbaiki pembelajaran IPA di kelasnya.
Contoh lain adalah hasil analisis yang dilakukan ibu Rini terhadap rendahnya kemampuan siswa di kelasnya dalam menyelesaikan latihan soal dan ulangan IPS. Setelah melakukan refleksi, mengkaji daftar nilai siswa di kelas, dan setelah melakukan wawancara terhadap sejumlah siswa di kelas tersebut, akhirnya bu Rini sampai kepada kesimpulan bahwa masalah mendasar yang dihadapinya dalam pelajaran IPS adalah rendahnya kemampuan siswa di dalam mengungkapkan pertanyaan dan mengemukakan pendapat ketika pelajaran berlangsung. Masalah tersebut dinyatakan sebagai berikut :
            Contoh 2
Dalam pelajaran IPS siswa kurang memiliki keberanian dan kemampuan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat sehingga banyak di antara bagian-bagian materi pelajaran yang dibahas tidak mereka pahami dengan baik.
Abimayu (dalam Wardani, 2003) mengingatkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan masalah.
1.      Jangan memilih masalah yang kita tidak kuasai.
2.      Ambillah topik yang skalanya kecil dan relative terbatas.
3.      Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi kita dan murid kita.
4.      Kaitkan masalah dengan upaya pengembangan sekolah.
Sebelum kita merumuskan hipotesis tindakan, perlu kita ingat kembali bahwa tidak mungkin dengan satu tindakan, semua masalah terpecahkan. Juga tidak semua masalah memerlukan pemecahan melalui PTK. Untuk menentukan masalah mana yang menjadi prioritas untuk dikaji atau dipecahkan melalui PTK berikut ini ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan:
1.      Masalah harus benar-benar penting bagi guru yang bersangkutan serta bermakna dan bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran guna meningkatkan kualitas pendidikan.
2.      Masalah harus dalam jangkauan kemampuan guru dalam melaksanakan tindakan di kelas. Kita perlu menyadari jangan mengangkat suatu masalah yang kita tidak mampu melaksanakan tindakan perbaikannya. Oleh karena itu pilihlah masalah yang benar-benar kita mampu memperbaikinya melalui suatu tindakan.
3.      Masalah yang telah kita pilih untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan harus dirumuskan secara jelas agar dapat mengungkap berbagai faktor penyebab utamanya sehingga memungkinkan dicari alternatif pemecahannya. Jika kita tidak mampu merumuskan masalah secara spesifik, maka pemecahan yang akan dilakukan akan sangat sulit mencapai sasarannya secara mendalam.

Menilai Kelayakan Hipotesis Tindakan
Pembahasan tentang penilaian hipotesis tindakan sesungguhnya adalah menilai kelayakan tindakan sebagai suatu solusi pemecahan masalah yang dipilih, karena pada hakekatnya hipotesis tindakan dalam PTK merupakan suatu tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti. Karena itu bilamana guru dapat mengkaji kelayakan hipotesis tindakan secara cermat, berarti ia telah mengantarkan proses pelaksanaan PTK dengan benar. Dengan demikian akan mempermudah guru di dalam melakukan tindakan-tindakan perbaikan melalui PTK yang dilaksanakannya.
A.    Memahami Hipotesis Tindakan
Secara umum, hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan tentang hubungan dua variabel atau lebih (Kerlinger, 1993). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998: 67). Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan menghubungkan secara umum maupun khusus variabel yang satu dengan variabel yang lain. Di dalam penelitian ilmiah, hipotesis merupakan alat penting. Ada tiga alasan yang menopang alasan ini. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis dapat dijabarkan dari teori-teori dan dari hipotesis lain. Kedua, hipotesis dapat diuji dan ditunjukan kemungkinan betul dan salahnya, yang diuji adalah relasi (hubungan). Karena hipotesis adalah proposisi relasional inilah yang merupakan alasan utama mengapa ia digunakan di dalam telaah ilmiah. Pada intinya yang kita susun untuk menguji relasi antara A dan B adalah prediksi-prediksi yang berbentuk “Jika A maka B”. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan. Ia demikian pentingny, sehingga kita berani mengatakan bahwa jika tidak ada hipotesistidak akan pernah ada ilmu pengetahuan dalam arti yang sepenuh-penuhnya (Kerlinger, 1993). Hipotesis mengarahkan telaah, karena di dalam hipotesis kita merangkai-rangkaikan segi-segi teori yang kita uji, menyusunnya menjadi wujud tertentu yang memungkinkan pengujian atau mendekati kemungkinan pengujian.
Bilamana peneliti telah mengkaji secara mendalam masalah penelitiannya, maka ia mencoba merumuskan teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji. Peneliti harus berpikir bahwa hipotesisnya itu dapat diuji. Untuk selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis yang telah ia rumuskan. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskannya dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya tumbang sebagai hipotesis, bilamana ternyata tidak terbukti. Hal penting yang perlu diperhatikan peneliti adalah bahwa dirinya tidak boleh mempunyai keinginan atau ambisi agar hipotesisnya terbukti sehingga ia melakukan pengumpulan data yang hanya membantu mencapai keinginannnya tersebut, atau memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarah pada keterbuktian hipotesis. Sebagai peneliti ia harus memegang teguh sikap obyektif di dalam pengumpulan data dan melaksanakan langkah-langkah lainnya di dalam penelitian.
Diatas telah dijelaskan bahwa hipotesis mempunyai kedudukan yang penting dalam penelitian. Oleh sebab itu perumusan harus dirumuskan dengan jelas. Borg & Gall (2003), mengajukan beberapa persyaratan untuk merumuskan hipotesis :
1.      Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas
2.      Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel
3.      Hipotesis harus didukung oleh teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.
Pengertian hipotesis tindakan sedikit berbeda dengan hipotesis konvensional seperti diuraikan di atas. Jika hipotesis konvensional menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis tindakan tidak menyatakan demikian, hipotesis tindakan hendaknya dipahami sebagai suatu dugaan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan (Sudarsono, 1997: 9). Sebagai contoh : “ jika intensitas latihan membuat kalimat ditingkatkan, maka siswa akan lebih mudah menyusun suatu karangan” contoh lain, “bilamana pada setiap akhir pelajaran IPS guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran, maka kemampuan siswa mengingat materi yang telah telah dibahas akan lebih bertahan lama”. Dari contoh ini, hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang teliti. Dari contoh pertama tindakan yang dilakukan melalui PTK dapat mengatasi rendahnya kemampuan siswa dalam mengarang. Sedangkan melalui tindakan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kedua diduga dapat mengatasi masalah rendahnya kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran yang telah disampaikan.
Hipotesis tindakan harus dibuat atau dirumuskan dengan melakukan kajian terhadap teori, atau dengan mengkaji pengalaman dalam praktik pembelajaran yang telah dilakukan beberapa pakar menyarankan agar dalam merumuskan hipotesis tindakan guru dapat melakukan beberapa bentuk kegiatan.
1.      Kajian literatur khususnya teori pendidikan atau pembelajaran
2.      Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan
3.      Kajian hasil diskusi dengan rekan sejawat, pakar, peneliti, dll
4.      Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan
Melakukan kajian literatur merupakan suatu kegiatan dimana guru sebagai peneliti berupaya menghimpun, memilah dan menganalisis berbagai sumber tulisan. McMillan dan Schumecher (2001), melihat pentingnya peran kajian literatur ini karena kegiatan ini akan membantu peneliti menetapkan secara cermat signifikansi masalah yang akan diteliti sehingga akan semakin mampu membimbing pikiran peneliti untuk membatasi masalah penelitiannya, mengembangkan rencana penelitian, memilih metode dan alat ukur yang tepat serta mengembangkan hipotesis. Telaahan literatur secara keseluruhan juga akan memberikan bekal bagi peneliti dalam rangka melihat secara kritis masalah yang akan ia kaji, sehingga guru dan peneliti tidak berada dalam kekosongan karena telaahannya akan memberikan arah agar dirinya selalu mampu bersikap kritis, menjauhi sikap dogmatis dan emosional serta kepentingan dirinya sendiri. Telaahan literatur juga memberikan isyarat agar tidak terjadi reflikasi atau pengulangan yang tidak perlu. Bilaman kajian literatur dilakukan secara cermat, maka guru akan mendapatkan informasi yang kaya, dan begitu banyak hal-hal yang baru.
B.     Menilai Kelayakan Hipotesis
Dengan melakukan kajian di atas guru dapat memperoleh landasan atau kerangka dasar untuk membangun hipotesis tindakan. Sebagai contoh, bilamana guru pada awalnya memperkirakan bahwa dengan mengembangkan model cooperative learning kemampuan siswa untuk mendalami materi akan semakin baik, maka selanjutnya guru dapat mengkaji teori tentang pembelajaran kooperatif, berdiskusi dengan pakar atau dengan teman sejawat. Jika guru telah merasa yakin dan telah mengkaji kelayakan model tersebut dilihat dari dimensi siswa, lingkungan sekolah maupun kemampuan dirinya, maka guru dapat merumuskannya dalam bentuk hipotesis tindakan. Dengan demikian hipotesis yang dibangunnya telah didukung oleh suatu kajian yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penilaian hipotesis tindakan harus diarahkan pada penilaian kelayakan tindakan. Penilaian kelayakan tindakan dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti contoh berikut.
1.      Apakah saya memiliki pengetahuan berkenaan dengan hal itu?
2.      Apakah saya dan siswa saya memiliki kemampuan untuk melaksakannya?
3.      Apakah tersedia sarana/fasilitas untuk mendukung kegiatan tersebut?
4.      Apakah tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan rangkaian kegiatan tersebut?
5.      Apakah iklim sekolah dan iklim belajar di kelas cukup mendukung pelaksanaan tindakan?
Pertanyaan-pertanyaan di atas mengimplikasikan beberapa persyaratan yang harus dikaji untuk menilai kelayakan suatu tindakan yang akan dikembangkan melalui PTK seperti berikut ini.
1.      Memiliki Pengetahuan atau Pemahaman
Dari contoh yang dipaparkan sebelumnya dari identifikasi masalah yang dilakukan dan setelah melakukan refleksi, kemudian guru menyimpulkan bahwa rendahnya keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran IPA yang diajarkannya salah satunya disebabkan karena siswa belum dilibatkan secara intensif di dalam mengemukakan atau memperkaya materi pelajaran dengan contoh-contoh nyata. Guru tersebut menyadari bahwa dirinya masih terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran. Dalam mkengungkapkan contoh-contoh nyata mestinya siswa dapat dilibatkan, akan tetapi ia merasakan bahwa hal-hal itu selama ini lebih banyak dilakukannya sendiri. Karena itu melalui PTK ia merencanakan memperbaiki metode pembelajarannya sendiri dengan memfokuskan pada pelibatan siswa di dalam pemberian contoh-contoh nyata sebagai tindakan perbaikan. Contoh yang lain juga dapat diungkapkan dari pengalaman seorang guru yang mengajar mata pelajaran Biologi di kelas 8 di salah satu SMP negeri. Hampir setiap kali ia mengajar pelajaran Biologi di kelas tersebut ia mengamati bahwa anak-anak tidak memiliki motivasi di dalam kegiatan pembelajaran. Dari dokumen kelas terutama daftar nilai siswa yang ia cermati memang rata-rata nilai siswa yang dicapai pada mata pelajaran tersebut rendah. Ia merasa prihatin dengan masalah tersebut, dan menurutnya masalah itu merupakan hal mendasar dalam pembelajaran yang dikelolanya. Dari hasil refleksi yang ia lakukan dan hasil kajian terhadap dokumen kelas, maka ia menyimpulkan besar kemungkinan metode-metode pembelajaran yang ia gunakan kurang mendorong keterlibatan siswa, sehingga motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran tersebut rendah. Selanjutnya setelah berdiskusi dengan beberapa rekan sejawat, ia memutuskan untuk melaksanakan perbaikan pembelajarann dengan melakukan PTK di kelasnya. Tindakan perbaikan yang dipilihnya adalah mengembangkan metode Role Playing.
Pada contoh kasus pertama tentu guru harus mengetahui bagaimana mekanisme pelibatan siswa di dalam mengungkapkan contoh. Pada contoh kasus kedua, guru harus memiliki pemahaman tentang metode Role Playing sebagai metode pembelajaran. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih tentang kedua hal tersebut, guru harus mengkaji teori, hasil-hasil penelitian, tulisan-tulisan orang lain pada jurnal, buletin, majalah-majalah pendidikan atau berdiskusi dengan teman sejawat maupun melalui cara-cara lain yang dimungkinkan.
Selain pentingnya pemahaman terhadap substansi tindakan, juga sangat penting pemahaman guru tentang prosedur pengembangannya melalui PTK. Guru harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan PTK, baik cara merencanakan, melaksanakan, pengumpulan dan analisis data dan refleksi serta hal-hal lain yang terkaitdengan pelaksanaan PTK. Dengan demikian berarti secara umum ada dua hal yang harus dipahami guru, yaitu : Pertama, pemahaman tentang hal yang berkaitan dengan sustansi tindakan yang dipilih sebagai solusi pemecahan masalah pembelajaran. Kedua, pemahaman berkenaan dengan PTK itu sendiri. Jika kedua komponen ini telah dipahami guru, maka ia dapat merencanakan PTK. Anda tentu masih ingat saran yang sering disampaikan dalam beberapa bagian pembahasan, yaitu jangan mengambil atau mengangkat suatu masalah untuk dikembangkan dalam PTK jika guru tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang hal itu.

2. Kemampuan Siswa
Jika guru melihat bahwa metode atau teknik tertentu sangat menarik untuk diterapkan di dalam pembelajaran, maka disamping guru bertanya apakah dirinya memahami dengan baik metode atau teknik tersebut, pertanyaan selanjutnya yang harus mendapatkan jawaban adalah apakah siswa-siswa bisa atau mampu melaksanakannya? Ada seorang guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang sangat tertarik dengan penampilan anak-anak pada salah satu pertunjukan olahraga yang disaksikannya. Kemudian ia berencana menerapkan cara-cara tersebut pada siswa-siswanya, tentu hal itu merupakan keinginan baik yang perlu mendapat dukungan. Akan tetapi guru tersebut perlu bertanya sebelum benar-benar menyusun rencana untuk menerapkannya. Misalnya apakah siswa-siswa yang saya ajarkan memiliki kesamaan dengan apa yang saya saksikan, baik dari tingkatan kelas, pengetahuan awalnya, kesiapan dan kesanggupan fisik dan seterusnya.
Dalam merencanakan PTK kita dapat mengambil contoh, misalnya ketika seorang guru memutuskan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran Matematika yang diajarakan dengan meningkatkan intensitas latihan pengerjaan soal bagi siswa-siswa kelas empat sekolah dasar. Hal pokok yang sangat penting dilakukan adalah mengkaji seberapa besar tingkat kemampuan siswa di dalam mengerjakan latihan. Berapa seringnya latihan itu dilakukan dan berapa banyak jumlah soal yang diberikan setiap kali latihan harus dikaji oleh guru secara cermat, karena ketidaktepatan di dalam penentuannya, disamping memberikan beban yang tidak sesuai bagi siswa, juga dikhawatirkan motivasi siswa di dalam mngerjakan latihan tersebut justru semakin menurun. Jika hal itu terjadi maka harapan guru agar terjadi perubahan hasil belajar pada siswa-siswanya hanya menjadi angan-angan belaka, sementara ia telah menghabiskan waktu dan energi yang tidak sedikit untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan tersebut. Karena itu, jika Anda memutuskan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan dalam PTK, kaji dan cermati dengan seksama kemampuan siswa-siswa Anda.

3. Ketersediaan sarana dan fasilitas
Jika tindakan perbaikan yang tertuang dalam hipotesis Anda berkaitan dengan penggunaan sarana dan fasilitas tertentu, maka di samping mengkaji poin pertama dan kedua di atas, Anda juga harus mengkaji ketersediaan dan keterpakaian sarana dan fasilitas pendukung tersebut. Sebagai contoh, seorang guru IPA yang mengajar pada salah satu sekolah dasar merencakan mengembangkan PTK dengan merumuskan judul penelitiannya sebagai berikut: “Model Pemanfaatan KIT IPA SD yang Efektif untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA”. Menurut Anda fasilitas apa yang harus ada dan diyakini kelengkapannya untuk mendukung pelaksanaan tindakan dalam PTK guru tersebut? Apa yang dapat dilakukan guru di dalam melakukan tindakan perbaikan pembelajarannya bilamana tidak tersedia KIT IPA. Apa kendala yang dihadap guru bilamana KIT IPA yang dimilili sekolah tersebut tidak lengkap sebagaimana mestinya, sementara pada PTK guru telah merumuskan model pemanfaatan KIT IPA yang efektif.
Mungkin pada tempat yang berbeda atau kesempatan lain di lingkungan sekolah Anda, ada guru yang bermaksud meningkatkan keterampilan siswa dalam menggunakan atau memanfaatkan alat-alat seni melalui proses pembelajaran kesenian yang dikelolanya. Penelitian semacam ini baik untuk dilakukan karena perubahan hasil belajar yang diharapkan dapat diamati secara langsung oleh guru. Persoalan pokok yang perlu dicermati secara seksama adalah ketersediaan alat-alat seni yang diperlukan, di samping tetap mengkaji kemampuan atau keterampilan guru sendiri untuk melaksanakan tindakan tersebut tidak akan kalah pentingnya.

4. Waktu yang Tersedia
Pernyataan-pernyataan yang sering kita jumpai pada pembahasan sebelumnya yang harus selalu kita ingat adalah bahwa tugas utama seorang guru adalah mengajar. Oleh sebab itu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas selalu diupayakan agar tidak terganggu oleh kegiatan-kegiatan lain, terlebih lagi kegiatan tersebut memang ditujukan untuk memperbaiki kinerja pembelajaran seperti PTK. Bisa jadi tindakan yang dipilih atau ditawarkan akan mampu memberikan jaminan hasil perubahan yang akan dicapai, akan tetapi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik dengan waktu yang tersedia. Sebagai contoh, guru bermaksud membawa siswa memperhatikan aktivitas di jalan raya untuk mendorong siswa agar mampu mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka terhadap ketertiban lalu lintas di jalan raya. Ada beberapa dimensi yang harus dianalisis guru berkenaan dengan waktu. Misalnya berapa jauh jarak antara sekolah dan jalan raya, sehingga dapat diperkirakan waktu yang dipergunakan siswa untuk menuju dan kembali dari tgempat tesebut. Berapa lama waktu yang digunakan untuk mengamati aktivitas di jalan raya. Setelah selesai mengamati kegiatan apa yang dilakukan siswa, dan berapa lama waktu yang disediakan utnuk kegiatan tersebut. Contoh lain, seandainya guru akan membawa siswa-siswa melakukan eksperimen di laboratorium dalam proses pembelajaran Fisika. Untuk keperluan tersebut guru harus cermat menetapkan waktu untuk melaksanakan langkah-langkah kegiatan pembelajarannya. Berapa lama waktu untuk menjelaskan kegiatan, berapa lama waktu melakukan praktik di laboratorium, berapa lama waktu merumuskan hasil, dan berapa lama waktu yang digunakan untuk mendiskusikannya. Sekali lagi Anda tidak boleh mengabaikan faktor waktu dalam menilai kelayakan hipotesis tindakan Anda. Karena kegagalan suatu tindakan seringkali lenih banyak terjadi bukan karena kurangnya kemampuan guru, atau kurangnya sarana dan fasilitas, akan tetapi karena keterbatasan waktu untuk melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan yang telah dirancang.

5. Iklim Kelas dan Iklim Sekolah
Adakalanya guru berhadapan dengan suatu keadaan yang berada di luar kemampuan dan wewenangnya untuk merubah atau mengintervensinya, padahal keadaan itu sangat mengganggu proses pembelajaran. Letak gedung sekolah sangat berdekatan dengan jalan raya, pabrik, pasar, atau keramaian lain seperti terminal dan sebagainya adalah beberapa keadaan yang berada di luar wewenang dan kemampuan guru mengintervensinya. Selain itu di dalam lingkungan sekolah sendiri juga ditemui keadaan-keadaan yang kurang mendukung, misalnya ruangan yang terlalu panas, batas antara kelas yang tidak baik sehingga aktivitas apalagi keributan di kelas lain terdengar dengan jelas oleh siswa. Selain dari keadaan fisik seperti contoh di atas, iklim psikologis juga dapat memberikan pengaruh bagi kelancaran pelaksanaan tindakan di dalam PTK. Karena itu berkaitan dengan iklim kelas dan sekolah ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengkaji secara cermat kelayakan hipotesis Anda.
·         Yakinkan bahwa tindakan perbaikan yang Anda lakukan tidak mengganggu kelancaran kegiatan pembelajaran kelas-kelas yang lain, atau seoptimal mungkin dapat diupayakan mengurangi gangguan bagi kelas yang lain. Jika tindakan tersebut akan sangat menggangu aktivitas pembelajaran guru-guru lain, sebaiknya Anda kaji kembali alternatif tindakan lain yang juga dapat menjamin perubahan yang Anda harapkan.
·         Yakinkan bahwa petunjuk-petunjuk atau penjelasan yang Anda sampaikan berkenaan dengan tindakan dalam PTK Anda, dapat didengar dan dicermati dengan baik oleh siswa. Hal ini semakin diperlukan bilamana lingkungan kelas atau sekolah Anda sering terganggu oleh berbagai kegaduhan dari luar, atau dari kelas-kelas yang lain.
·         Yakinkan diri Anda bahwa tindakan perbaikan yang Anda pilih didukung oleh teori-teori atau hasil-hasil penelitian yang sudah ada, bukan sesuatu yang kontradiktif dengan teori atau hasil penelitian yang ada, terlebih lagi yang dapat meresahkan pihak-pihak yang lain.
Jika Anda telah memutuskan untuk memilih suatu tindakan perbaikan tertentu dalam rangka menyelesaikan masalah yang Anda hadapi, maka ada baiknya sekali lagi Anda memikirkan kelayakan dilihat dari beberapa dimensi, baik guru, siswa, sarana, waktu, dan lingkungan sekolah. Oleh sebab itu mungkin ada baiknya Anda mebuat pertanyaan dan menjawabnya secara terbuka untuk membuktikan pemahaman Anda tentang alternatif tindakan tersebut dan kelayakan pelaksanaannya.

C. Beberapa Contoh Hipotesis Tindakan
Sebelum Anda merumuskan hipotesis tindakan, sebaiknya Anda mengkaji kembali rumusan masalah yang telah Anda susun sebelumnya. Dari permasalahan yang dirumuskan Anda dapat merumuskan hipotesis tindakan sebagai kerangka acuan penelitian Anda. Perhatikan beberapa contoh berikut. Bandingkan dengan rumusan-rumusan yang sudah Anda buat.
Contoh hipotesis tindakan 1
Jika dalam menjelaskan materi pelajaran IPA guru lebih banyak melibatkan siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan pelajaran, maka siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.
Dalam rumusan hipotesis tersebut, ada dua tindakan yang dilakukan guru, yaitu melibatkan siswa di dalam mengungkapkan contoh-contoh nyata dan menyimpulkan pelajaran secara bersamaan dalam satu tindakan. Jika guru ingin memfokuskan pada satu tindakan saja, maka ia dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Contoh hipotesis tindakan 2:
Jika dalam menjelaskan materi pelajaran IPA guru lebih banyak melibatkan siswa untuk mengungkapkan contoh-contoh nyata maka siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.
Jika guru memilih tindakan perbaikan dengan melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran, maka rumusan hipotesisnya adalah:
Contoh hipotesis tindakan 3:
Bilamana dalam pembahasan materi pelajaran IPA guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan pelajaran, diduga siswa akan lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.
Dari contoh 1, berarti Anda menggabungkan dua tindakan di dalam perbaikan pembelajaran, yaitu melibatkan siswa di dalam mengungkapkan contoh-contoh nyata dan melibatkan siswa di dalam menyimpulkan pelajaran. Sedangkan pada contoh 2 dan 3, Anda memisahkan masing-masing tindakan tersebut sehingga hanya melakukan satu tindakan dalam perbaikan. Penentuan tersebut tentu didasari alasan tertentu. Jika digabungkan mungkin Anda ingin melihat sekaligus dampak kedua tindakan secara bersamaan. Namun jika dilakukan satu tindakan secara terpisah mungkin Anda ingin memfokuskan untuk melihat dampak dari salah satu tindakan tersebut. Sepenuhnya diserahkan kepada Anda untuk menentukannya. Namun disarankan jika Anda baru tahap awal dalam mencoba PTK mungkin akan lebih baik jika Anda memfokuskan pada satu tindakan terlebih dahulu. Namun hal itu sepenuhnya tergantung keputusan Anda. Perlu Anda ingat bahwa dalam merumuskan hipotesis, Anda harus memperhitungkan kemampuan dan kesiapan Anda dalam melaksanakan tindakan yang dipilih. Selain itu tentu saja memperhatikan beberapa hal yang telah dipaparkan sebelumnya, seperti kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas, iklim kelas dan dukungan sekolah.

PENYUSUNAN PROPOSAL DAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Mempersiapkan Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
Proposal adalah suatu perencanaan yang sistematis sebagai kerangka dasar yang memuat komponen dan langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan PTK. Proposal juga berfungsi sebagai usulan untuk pengajuan dana kepada instansi atau penyandang dana yang dapat mendukung pendanaan penelitian. Dengan pemahaman yang baik dan kemampuan menyusun proposal PTK berarti kita telah memahami apa yang harus dilakukan didalam PTK,  hal-hal apa yang harus dipersiapkan, siapa yang terlibat dan apa peran mereka, jenis data yang harus dikumpulkan dan cara pengumpulannya, fasilitas apa yang diperlukan didalam mendukung penelitian kita, dan bahkan kita dapat memperhitungkan dengan lebih jelas biaya yang diperluka terutama jika proposal tersebut dipersiapkan untuk memperoleh dukungan biaya.

A.    Memahami Proposal PTK
Proposal penelitian bisa berfungsi sebagai rencana pelaksanaan penelitian, alat komunikasi antara peneliti dengan konsultan atau dengan penyandang dana, maupun dengan anggota peneliti (Moenhilabib, 1991:1). Secara umum proposal penelitian menguraikan tentang masalah penelitian, bagaimana penelitian itu akan dilaksanakan, serta mengapa penelitian itu perlu dilakukan (Wiersma, 1980: 290). Didalam PTK, langkah-langkah pokok itu merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkelanjutan, mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, perbaikan rencana dan kembali lagi melaksanakan tindakan, pengamatan,refleksi dan seterusnya merupakan suatu siklus (McNiff, 1988:27).
Untuk memudahkan pemahaman kita, perlu kita ketahui bahwa proposal PTK bisa bersifat formal, semi formal dan bisa juga bersifat tidak resmi atau informal. Proposal yang bersifat resmi adalah proposal yang disusun oleh peneliti biasanya bertujuan untuk mendapatkan dukungan dana atau diminta oleh pihak tertentu. Untuk keperluan ini biasanya pihak penyandang dana sudah memberikan rambu-rambu format proposal yang harus diikuti, criteria penilaian, jumlah dana yang disediakan, rentang waktu, bahkan kadang-kadang juga diatur hal-hal yang sangat teknis, seperti warna cover, jumlah halaman, jenis dan ukuran serta hal-hal lain yang mereka anggap perlu. Proposal semi formal adalah proposal yang disusun oleh peneliti untuk keperluan terbatas dalam ruang lingkup tertentu, misalnya ruang lingkup jurusan atau fakultas untuk perguruan tinggi, atau sekolah. Proposal ini prinsipnya juga dikembangkan berdasarkan rambu-rambu yang telah dipahami peneliti, atau rambu-rambu yang disusun sendiri oleh lingkunga tersebut, akan tetapi tidak terlalu ketat aturan-aturan sebagaimana proposal formal. Tujuan penyusunan proposal ini juga bersifat terbatas untuk lingkungan tersebut, dan kadang-kadang juga berkaitan dengan perolehan dana untuk mendukung kegiatan yang diusulkan. Sedangkan proposal digolongkan tidak formal atau tidak resmi adalah proposal yang disusun sebagai kerangka acuan untuk keperluan peneliti sendiri, tidak terkait dengan perolehan dana dan sifatnya tidak terlalu kaku. Bagi guru yang melaksanakan PTK, proposal yang disusun cenderung lebih pada proposal yang tidak formal, karena dipersiapkan untuk keperluan dirinya sendiri dalam upaya mendukung perbaikan kinerja pembelajaran yang dikelolanya.
Meskipun proposal yang disusun guru lebih bersifat tidak formal, tidak berarti penyusunannya tanpa rambu-rambu. Baik proposal formal, semi formal maupun tidak formal formatnya relative sama. Aspek-aspek yang terdapat di dalam proposal tersebut secara prinsip tidak terlalu banyak berbeda.

B.     Bagian-Bagian Proposal Penelitian
Pada umumnya proposal penelitian meliputi beberapa bagian pokok. Berikut ini kita uraikan beberapa bagian pokok tersebut beserta sub-sub bagiannya.
1.      Halaman-halaman pengantar
Bagian ini paling tidak terdiri dari dua halaman, yaitu halaman judul dan halaman pengesahan. Halaman judul memuat judul penenlitian, nama penyusun proposal dan instansinya. Sedangkan halaman pengesahan berisi:
1.1  Judul dan bidang ilmmu/studi
1.2  Nama lengkap ketua tim/peneliti dengan gelar, pangkat & golongan, NIP, dan asal lembaga
1.3  Lokasi penelitian
1.4  Lama penelitian
1.5  Biaya penelitian yang diusulkan
1.6  Sumber pendanaan
1.7  Tempat dan tanggal pembuatan proposal
1.8  Tanda tangan ketua tim/peneliti
1.9  Tana tangan kepala lembaga asal penenliti (SD/SMP/SMA)

2.      Halaman-halaman isi
2.1  Judul penelitian
Judul PTK dinyatakan denganjelas dan mencerminkan tujuan, yaitu mengandung maksud, kegiatan atau tindakan dan penyelesaian masalah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam bulletin Peningkatan Mutu Pendidikan SLTP (2001) mengemukakan bahwa judul PTK hendaknya, 1) mencerminkan masalah, 2) mencerminkan tindakan sebagai upaya pemecahan, 3) singkat, 4) mudah dipahami.
Contoh judul PTK:
-          Bimbingan kelompok dalam Penyelesaian Soal Latihan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
-          Model pembelajaran CTL untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Pembelajaran IPS Kelas V Sekolah Dasar

3.      Latar belakang masalah
Berisi uraian mengenai fakta-fakta yang mendukung yang berasal dari pengalaman guru, alasan-alasan memilih masalah ini untuk dikembangkan melalui PTK, manfaatnya apabila diteliti, argumentasi teoritis mengenai tindakan yang akan dilakukan. Untuk itu perlu didukung oleh kajian literature atau penelitian yang relevan yang pernah dilakukan baik oleh kita sendiri maupun orang lain.

4.      Permasalahan
Permasalahan adalah adanya kesenjangan antara yang seharusnya dengan kenyataan yang terjadi. Sebagai guru, kita merasakan adanya masalah dalam melakukan kegiatan pembelajaran didalam kelas, dan masalah tersebut sangat mengganggu, sehingga perlu diambil tindakan untuk mengatasinya. Masalah tersebut perlu kita nyatakan secara jelas dan selanjutnya masalah tersebut dirumuskan. Perumusan masalah dapat menggunakan dua bentuk, yaitu dalam bentuk kalimatpernyataan dan dalam bentuk kalimat tanya.
Contoh rumusan masalah dalam bentuk kalimat pernyataan.
-          Kemampuan siswa mengerjakan latihan soal matematika rendah.
-          Metode pembelajaran yang dipergunakan guru tidak dapat mendorong motivasi belajar siswa.
-          Kemampuan siswa menyusun kalimat rendah, sehingga mereka kesulitan dalam menyusun karangan.
-          Siswa-siswa kurang memiliki keberanian mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pendapat dalam pembelajaran IPS.
-          Guru kurang mampu mendorong keterlibatan siswa di dalam mengungkapkan contoh-contoh nyata dalam menyimpulkan pelajaran.
Selain dalam bentuk kalimat pernyataan, rumusan masalah juga dapat dilakukan dalam bentuk kalimat Tanya seperti contoh berikut.
-          Apa saja bentuk kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan yang tersedia pada LKS?
-          Bagaimana guru mengembangkan metode pembelajaran bervariasi?
-          Factor-faktor apa saja yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pelaksanaan diskusi kelompok?
-          Apakah melalui peningkatan intensitas bimbingan penyusunan kalimat kemampuan siswa dalam menyusun karangan akan semakin baik?

5.      Cara pemecahan masalah
Hipotesis dugaan merupakan dugaan dari tindakan yang paling menjajikan keberhasilan yang kita pilih untuk memperbaiki pembelajaran dan telah kita lakukan melalui proses analisis. Pada bagian cara pemecahan masalah ini, kita paparkan secara singkat bagaimana proses pemecahan masalah untuk mencapai hasil belajar yang kita harapkan. Untuk menemukan cara pemecahan masalah, kita dapat melakukannya dengan mengacu pada pengalaman kita selama ini, pengalaman teman kita, mencari dalam buku literature dan hasil penelitian, serat melakukan konsultasi dan berdiskusi dengan teman sejawat atau para pakar. Sebagai contoh kita dapat mengangkat permasalahan pelaksanaan bimbingan belajar kelompok untuk meningkatkan pemahaman siswa didalam mengerjakan latihan soal IPA. Melalui judul yang kita rumuskan sudah terlihat dengan jelas bahwa tindakan yang kita lakukan untuk meninngkatkan kemampuan penyelesaian latihan soal IPA adalah dengan memberikan bimbingan kelompok. Berkaitan dengan tindakan tersebut, maka pada bagian ini kita perlu uraikan secara singkat dalam bentuk naratif bagaimana kita memecahkan masalah dengan bimbingan kelompok tersebut.

6.      Tujuan dan manfaat PTK
Tujuan dirumuskan secara objektif dan sesuai denga ruang lingkup penelitian. Rumusan PTK tentu saja harus menggambarkan hasil yang akan kita capai melalui PTK yang akan dilakukan. Apakah tujuan PTK itu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, atau agar siswa aktif berinteraksi dalam diskusi, atau agar siswa memiliki kemampuan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.Rumusan tujuan yang bersifat umum dapat kita jabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Contoh tujuan yang bersifat umum “penelitian ni bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan latihan soal IPA”. Tujuan yang bersifat umu tersebut akan lebih baik jika dijabarkan menjadi beberapa tujuan yang lebih spesifik, misalnya:
-          Untuk mengetahui cara pengaturan diskusi kelompok.
-          Untuk mengetahui keterlibatan siswa di dalam pelaksanaan diskusi kelompok.
-          Untuk mengetahui apa peran guru di dalam pelaksanaan diskusi kelompok.
-          Untuk mengetahui cara kelompok mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam penyelesaian latihan.
-          Untuk mengetahui cara guru melaksanakan bimbingan kelompok
-          Utuk mengetahui hasil latihan yang dicapai oleh kelompok dan masing-masing siswa.

7.      Kerangka teori dan hipotesis
Kerangka teori atau kajian pustaka, berisi kajian teori yang relevan yang mendasari penelitian. Teori-teori yang dikaji merupakan teori-teori yang sudah mapan atau yang telah banyak diterima dan dipergunakan dibidangnya. Dalam kajian teori ini diutamakan teori-teori yang mutakhir dan relevan dengan masalah yang diteliti. Kajian teori dalam berbagai bentuk proposal penelitian selalu diletakkan sebelum perumusan hipotesis. Maksudnya adalah agar hipotesis yang kita rumuskan memiliki dasar pemikiran yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara teoritis maupun empiris. Jadi kerangka yang dibuat berdasarkan teori ini menjadi dasar dalam perumusan hipotesis tindakan. Hipotesis berisi pernyataan yang upayakan untk menjawab permasalahan. Dengan kata lain hipotesis juga dapat dikatakan sebagai pernyataan tindakan yang diduga dapat mengatasi masalah yang dihadapi guru.

8.      Rancangan dan metodologi penelitian
a.       Penataan penelitian
Pada bagian ini dijelaskan dimana penelitian dilaksanakan, di kelas berapa, dalam mata pelajaran apa, jam keberapa. Perlu juga dijelaskan beberapa karakteristik yang berkaitan dengan kelas yang kita teliti terutama berkaitan dengan jumlah siswa, komposisi pria dan wanita, kapasitas tempat duduk, tingkat kemampuan kelas dan criteria lain yang dianggap perlu oleh guru.

b.      Aspek-aspek yang diselidiki
Uraikan secara jelas aspek-aspek apa yang menjadi focus penelitian kita. Aspek tersebut sangat tergantung dari masalah dan tujuan penelitian yang telah kita rumuskan sebelumnya. Jika kita mengambil contoh dari rumusan tujuan penelitian sebagaimana dipaparkan diatas, maka aspek-aspek yang akan kita kaji meliputi:
-          Cara pengaturan diskusi kelompok.
-          Bentuk dan intensitas keterlibatan siswa di dalam pelaksanaan diskusi kelompok.
-          Bentuk nyata peran guru di dalam pelaksanaan diskusi kelompok.
-          Cara-cara yang dilakukan kelompok untuk mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam penyelesaian latihan.
-          Cara guru melaksanakan bimbingan kelompok.
-          Hasil yang dicapaai oleh kelompok dan masing-masing siswa dalam mengerjakan latihan.

c.       Langkah-langkah kegiatan
Pada bagian ini perl dipaparkan secara spesifik langkah-langkah kegiatan yang akan kita lakukan dalam proses pelaksanaan PTK. Hal-hal pokok yang perlu dijelaskan berkenaan dengan:
-          Persiapan
Jelaskan bagaimana penyusunan scenario tindakan, metod eyang digunakan, alat bantu yang dipergunakan baik di dalam pelaksanaan pembelajaran maupun untuk mendukung pengumpulan data, dan teknik evaluasi yang dipergunakan.
-          Implementasi tindakan
Uraikan secara jelas bagaimana kita melaksanakan scenario pembeljaran yang telah kita susun sebelumnya. Dalam masing-masing sikulus penelitian perlu dijelaskan apa kegiatan yang kita lakukan dan apa peran yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana mereka melakukannya. Akan lebih baik jika kita mencantumkan secara spesifik waktu yang dipegunakan untuk melaksanakan masing-masing langkah kegiatan pembelajaran, dan berpa kali pertemuan untuk sikulus penelitian kita. Perlu diingat bahwa sebagai pelaksana PTK, kita melakukan dua kegiatan secara bersamaan, yaitu melakukan tindakan perbaikan dan melakukan pengumpulan data dalam satu scenario untuk pembelajaran.
-          Pengumpulan data
Uraikan dengan jelas jenis data yang kita kumpulkan dan bagaimana cara pengumpulannya. Seperti sebelumnya telah kita bahas bahwa pengumpulan data di dalam PTK lebih menitikberatkan pada penggunaan teknik obeservasi. Karena itu, perlu dijelaskan bagaimana obeservasi itu dilaksanakan, apakah telah menggunakan format yang kita siapkan atau menggunaka teknik studi documenter dan wawancara, dan jelaskan bagaimana kegiatan itu dilaksanakan.
-          Analisis dan refleksi
Memuat uraian tentang bagaimana prosedur yang kita gunakan di dalam menganalisis data, criteria apa yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang dilakukan sehingga kita dapat menentukakan sejauhmana diperlukan perbaikan untuk melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya.

9.      Tim peneliti
Pada umumnya penelitian formal dilaksanakan oleh tim yang di dalamnya terdiri dari beberapa orang yang berasal dari bidang ilmu yang sama atau berbeda. Jika penelitia dilakukan oleh tim maka cantumkan nama-nama peneliti secara lengkap beserta uraian tugas massing-masing.

10.  Jadwal penelitian
Cantumkan secara spesifik skedul pelaksanaan penelitian kita mulai dari penyusunan rencana awal sampai pada peyusunan laporan. Jika diperlukan, cantumkan juga rencanan diseminasi hasil-hasil penelitian kita. Pada umunya jadwal penelitian disajikan dalam bentuk tabel atau matrik.

11.  Rencana anggaran
Rencana anggaran adalah uraian yang rinci berkaitan dengan biaya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian. Di dalam proposal penelitian, biasanya pendanaan meliputi beberapa komponen kegiatan, yang meliputi kegiata persiapan, pelaksanaan, penyusunan laporan.
Kegiatan persiapan, misalnya melakukan pertemuan awal, melakukan koordinasi, menngurus izin penelitian, menyusun proposal, menyiapkan instrument, dan pembahasan instrument.
Kegiatan pelaksanaan, meliputi persiapan di lokasi penelitian, pengumpulan data, analisis temuan-temuan di lapangan, melakukan refleksi, menyusun rencana perbaikan dan seterusnya.
Menyusun laporan meliputi aspek-aspek kegiata, penyiapan format analisis data, melakukan analisis data, seminar, penggandaan, dan penjilidan, pengiriman/ pendistribusian laporan. Jika diperlukan cantumkan biaya untuk desiminasi hasil-hasil penelitian.
Contoh sistematika proposal yang dimuat dalam Buletin Menengah (2004) sebagai berikut:
Sistematika Proposal CAR (Classroum Action Research) memuat:
1.      Judul
2.      Pendahuluan
a.       Deskripsi masalah
b.      Rumusan masalah
c.       Tujuan
d.      Manfaat hasil penlitian
3.      Kajian pustaka dan rencana tindakan
4.      Metode penelitian
a.       Setting penelitian
b.      Persiapan penelitian
c.       Siklus penelitian
d.      Pembuatan instrument
e.       Analisis dan refleksi
5.      Jadwal penelitian
6.      Rencana anggaran biaya
7.      Daftar pustaka
8.      Curriculum vitae peneliti


C.     Rambu-Rambu Penilaian Proposal
Penilaian kelayakan proposal pada umunya diterapkan bagi proposal penelitian yang disusun untk memperoleh dukungan biaya dari lembaga-lembaga yang tertentu. Penilaian kelayakan proposal mengacu pada criteria yang telah ditentukan. Kriteria penilaian tersebut memuat aspek-aspek yang dinilai serta bobot penilaiannya yang menjadi keangka acuan bagi para penilai proposal dalam menentukan tingkat kelayaka suatu proposal. Bagi penyusun proposal, adanya criteria yang diberitahukan secara terbuka ini bermanfaat sehingga para calon pengusul proposal penelitian mengetahui atau paling tidak mendapat gambaran apa yang menjadi sasaran penilaian proposal yang diajukannya. Kriteria penilaian ini biasanya bersifat terbuka untuk diketahui semua pengusul proposal dan dikirimkan bersamaan dengan panduan penyusunan proposal. Pada bagian ini akan disajikan contoh format penilaian yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat dalam buku Panduan Penelitian (Wihardit, 2004:3.8).
No

Bobot nilai
Nilai
Komentar
1
Permasalahan
-         Berasal dari guru
-         Mengenai proses pembelajaran

10
10


2
Tujuan
-          Ada unsure upaya perbaikan
-          Relevan dengan masalah
-          Ketepatan rumusan

10

10

10


3
Manfaat
-          Bagi proses pembelajaran

10


4
Pemecahan
-          Relevansi dengan masalah

10


5
Prosedur PTK
-          Langkah-langkahnya
-          Ketepatan tindakan

5
5


6
Kelayakan biaya
5


7
Kelayakan waktu
5



JUMLAH





Dalam workshop ini telah dipresentasikan beberapa proposal action research tahun 2001 oleh guru-guru mata pelajaran. Berdasarkan workshop tersebut ditemukan masalah-masalah sebagai berikut:
1.      Separuh dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, judul penelitiannya masih terlalu umum dan latar belakang penelitiannya tidak disertai data pendukung.
2.      Hampir separuh dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, tujuan penelitiannya belum dirumuskan dengan jelas.
3.      Separuh dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, masih belum kosisten antar judul, tujuan, masalah, dan tindakan penelitian yang akan dilakukan.
4.      Hampir separuh jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, hipotesis tindakannya belum diuraikan dengan jelas.
5.      Separuh dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, langkah-langkah dalam kegiatan aksinya masih belum disusun sistematis.
6.      Seperempat dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, instrumennya masih belum jelas.
7.      Seperempat dari jumlah proposal penelitian action research yang dipresentasikan, cara penulisan proposalnya masih belum sistematis.





Persiapan Dan Pelaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
Setelah kita memahami cara-cara melakukan identifikasi masalah, menganalisis masalah dan menilai kelayakan dan merumuskan hipotesis tindakan, maka kita telah memiliki dasar pemahaman dan keterampilan yang lebih kokoh untuk menelaah secara mendalam dari rangkaian PTK, yaitu langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan PTK.

A.    Persiapan Pelaksanaan PTK
Setelah kita meyakini bahwa hipotesis tindakan yang dirumuskan sudah dianggap layak dengan memperhitungkan berbegai aspek, maka selanjutnya kita jabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata dalam pembelajara di kelas. Sebagai contoh bilamana kita telah menentukan bahwa masalah yang akan dikaji adalah peningkatan motivasi siswa dalam pelajaran IPA, dengan melakukan tindakan perbaikan yaitu melibatkan siswa untuk mengungkapkan contoh nyata dan menyimpulkan pelajaran. Berikut ini contoh tindakan pembelajaran yang harus dilakukan guru terkait dengan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan diatas:
1.      Guru akan memperkaya penjelasan materi pelajaran dengan memperbanyak pemberian contoh nyata.
2.      Guru akan memperkecil peran dalam pembuatan contoh-contoh untuk memperjelas materi pelajaran, kecuali memang sangat diperlukan.
3.      Peran siswa didorong seoptimal mungkin untuk mengungkapkan contoh-contoh yang diperlukan.
4.      Setiap akan mengakhiri pelajaran, siswa diminta untuk menyimpulkan sendiri materi pokok yang telah disampaikan.
5.      Dalam penyimpulan materi pelajran ini sepenuhnya ditugaskan kepada siswa, guru hanya memberikan penekanan untuk hal-hal yang sangat diperlukan.
6.      Guru akan mencermati perubahan dan peningkatan motivasi belajar siswa.

a.       Membuat Rencana Pembelajaran Beserta Scenario Tindakan yang Akan Dilaksanakan
Membuat rencana pembelajaran atau persiapan mengajar merupakan bagian dari rangkaian tugas utama guru. Dalam proses pembelajaran sehari-hari guru diharuskan membuat RPP sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Guru yang melaksanakan PTK  selain membuat persiapan mengajar yang didalamnya menguraikan beberapa komponen kegiatan yang bisa ia buat, juga harus mencantumkan secara eksplisit langkah-langkah kegiatan PTK dan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran. Dalam persiapan pembelajaran tersebut secara jelas harus tergambar apa yang dilakukan guru dan apa yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran.
b.      Merumuskan Tujuan Instruksional Umum Dan Khusus
Terdapat langkah-langkah tertentu yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pengumpulan data yang berbeda dengan guru yang tidak melaksanakan PTK, maka dalam tujuan pembelajaran terutama berkenaan dengan rumusan tujuan khusus juga harus dirumuskan secara jelas. Karena itu dalam satuan pelajaran, guru yang melaksanakan PTK perlu menambahkan tujuan sesuai dengan hasil yang diharapkan oleh guru melalui tindakan perbaikan yang dilakukan. Tujuan tambahan tersebut dujabarkan dari focus pembelajaran yang akan dijadikan sasarn PTK untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yang diharapkan.
c.       Merumuskan Indikator Keberhasilan
Guru yang melaksanakan PTK, perubahan-perubahan atau peningkatan yang terjadi dalam proses pembelajaran harus diamati, sehingga guru dapat menilai apakah tindakan yang dilakukannya mencapai peningkatan atau tidak. Untuk mengetahui terjadi tidaknya perubahan tersebut guru harus menetapkan indicator yang dapat dipahami secara mudah oleh guru sendiri. Penetapan indicator keberhasilan ini sepenuhnya menjadi otonomi guru karena guru lebih banyak mengetahui kondisi siswa maupun kondisi lainnya yang mungkin dapat memberikan pengaruh terhadap tindakan yang dilakukan serta hasil yang dicapai. Sebagai contoh, seorang guru Bahasa Indonesia ingin meningkatkan kemampuan mengarang siswanya. Tindakan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan frekuensi latihan penyusunan kalimat secara sistematis. Harapan guru tersebut adalah bilamana siswa semakin terlatih didalam menyusun kalimat, maka akan semakin mempermudah menyusun karangan. Berkaitan dengan penelitiannya ini guru harus merumuskan indicator keberhasilan peningkatan kemampuan siswa. Pada tahap awal, mungkin guru menjadikan perubahan kemampuan siswa dalam latihan penyusunan kalimat sebagai dasar menilai adanya perubahan. Setelah beberapa kali latihan penyusunan kalimat, guru mengarahkan perhatiannya pada kemampuan menyusun karangan. Setelah beberapa waktu selanjutnya indicator perubahan kemampuan siswa dinilai dari kemampuan menyusun karangan. Guru harus cermat mengkaji tahapan perubahan itu sebagai kerangka piker untuk merumuskan indicator keberhasilan.
d.      Memilih Bahan Ajar
Guru yang melaksanakan PTK mungkin harus memilih dan mempersiapkan bahan ajar yang disesuaikan dengan focus penelitian yang dikembangkannya. Kesesuaian bahan ajar dengan tujuan yang ingin dicapai merupakan salah satu factor yang mendukung keberhasilan perubahan kearah perbaikan proses pembelajaran yang diharapkan melalui tindakan yang dilakukan guru. Dalam melaksanakan PTK, bahan ajar yang dipergunakan guru mungkin lebih bervariasi karena perubahan yang ia harapkan dari tindakan perbaikan yang dilakukan menuntut tersedianya bahan ajar yang lbih bervariasi. Kesiapan guru dalam mempersiapkan bahan ajar perlu dilakukan dengan baik agar ketika melaksanakan tindakan perbaikan, guru tidak menghadapi kendala-kendala yang berarti sehingga ia lebih dapat memfokuskan pada tindakan perbaikan yang telah dirancang dan melakukan pengumpulan data.
e.       Memilih Metode
Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran merupakan salah satu komponen strategis di dalam pencapaian hasil belajar. Oleh sebab itu kemampuan guru memilih metode yang tepat dan sesuai merupakan kemampuan yang dipersyaratkan bagi setiap guru. Itulah sebabnya dalam PTK banyak tema yang diangkat berkenaan dengan perbaikan metode pembelajaran. Penelitian yang dilaksanakn oleh guru menjadikan metode pembelajaran sebagai tema sentral yang tetap menarik untuk dikembangkan. Pengkajian secara seksama tentang ketapatan memilih metode pembelajaran merupakan keharusan untuk dilakukan guru. Terlebih bagi guru yang melaksanakan PTK, seringkali metode yang terbaik yang sesuai dengan yang dipikirkan oleh guru, tidak selalu terbaik bagi siswa. Oleh arena itu, guru perlu mempersiapkan berbagai alternative metode pembelajaran untuk membicarakan satu masalah/pokok bahasan.
f.       Memilih Alat Bantu
Guru yang melaksanakan PTK memiliki kekhususan di dalam penyiapan alat-alat bantu, karena di samping guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana lazimnya, guru juga sebagai peneliti. Dalam kedudukannya sebagai peneliti, guru melakukan kegiatan tambahan yaitu mengumpulkan data bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Alat-alat bantu ini biasanya dicantumkan dalam persiapan mengajar guru. Alat bantu yang dimaksud antara lain: pedoman observasi, catatan harian, kamera, video, alat rekam suara yang tujuannya untuk merekam peristiwa pembelajaran yang telah dilaksanakan.
g.      Mempersiapkan Alat Ukur
Alat ukur adalah komponen alat pembelajaran yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan instruksional khusus. Kegunaan alat ukur ini adalah untuk memperoleh informasi yang menyeluruh dan komprehensif selama proses pembelajaran. Guru yang melaksanakan PTK mungkin akan menggunakan alat ukur yang bervariasi. Indikator untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran ditetapkan oleh guru, misalnya menentukan tingkat penguasaan berdasarkan criteria dengan rentang terendah sampai tertinggi. Oleh karena itu persiapan guru di dalam menetapkan alat ukur yang dipergunakan sangat penting dilakukan. Demikian pula pentingnya pengetahuan guru tentang alat tersebut dan cara penggunaanya dalam menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.
h.      Memperjelas Scenario Pembelajaran
Tujuan utama penguasaan scenario pembelajaran adalah agar suasana pembelajaran di kelas dapat berlangsung apa adanya, siswa-siswa tidak merasakan adanya sesuatu yang sangat berbeda dan pada akhirnya tentu saja dalam rangka memelihara kondusivitas iklim pembelajaran di kelas. Selain itu dengan penguasaan scenario pembelajaran guru tidak merasa rikuh dan terganggu dengan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukannya disebabkan adanya keharusan untuk menyesuaikan tindakan yang dilakukannya dengan scenario yang telah disusun sebelumnya.

B. Melaksanakan PTK
Pemahaman yang sangat prinsip bahwa pelaksanaan PTK bukan hal terpisah dari pelaksanaan proses pembelajaran. Jadi guru yang melaksanakan PTK menurut pengamatan pihak luar hampir tidak berbeda dengan guru-guru lain yang tidak melaksanakan PTK, karena pada dasarnya guru bersangkutan tidak merubah jam mengajarnya, jadwal pelajarannya, alokasi waktu yang dipergunakan serta siswa yang diajar.
Pada tahap awal melaksanakan penelitian, guru perlu memperhatikan secara cermat keadaan dan kemampuan siswa melalui pengamatan yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya.hal ini terutama berkenaan dengan gambaran tentang keadaan kelas, perilaku siswa sehari-hari, perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan sikap siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Jika penelitian yang dilakukan guru menggunakan indikator perubahan hasil belajar siswa, atau berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran, maka sebelum guru melakukan tindakan perbaikan melalui PTK, perlu dilakukan tes untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki siswa tentang materi pelajaran. Untuk mengetahui secara nyata peningkatan yang terjadi setelah dilakukan tindakan tertentu, maka perlu dilakukan tes. Selain melakukan tes untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal siswa sebelum dilakukan tindakan perbaikan, guru juga dapat melakukan analisis terhadap hasil pembelajaran yang dicapai siswa selama ini berdasarkan rekapitulasi nilai yang dimiliki guru. Sebagai contoh, matematika mengembangkan PTK yang difokuskan pada peningkatan kemampuan siswa dalam mengerjakan latihan-latihan soal matematika. Tindakan yang dipilihnya adalah dengan menggunakan alat peraga dan peningkatan intensitas latihan terbimbing. Dalam penelitian ini sudah jelas bahwa indikator utama yang dipergunakan guru untuk menilai perubahan untuk peningkatan kemampuan siswa adalah kemampuan siswa di dalam mengerjakan latihan-latihan soal. Jika setelah tindakan penggunaan alat peraga dan peningkatan intensitas latihan terbimbing secara sistematis dilakukan dalam siklus yang ditentukan terjadi perubahn atau peningkatan dari hasil-hasil yang dicapai sebelumnya, maka tindakan tersebut berhasil membawa perubahan. Untuk menilai peningkatan di dalam proses PTK, sejaumana peningkatan yang terjadi antara pemberian latihan pertama, kedua dan selanjutnya guru tidak lagi harus memperhatikan hasil-hasil latihan sebelum dilakukan tindakan, akan tetapi dapat langsung menganalisis perubahan yang dicapai dari setiap tahap yang dilakukan tersebut.
Secara lebih rinci beberapa hal yang harus diperhatikan guru di dalam mengawali dan mengimplementasikan PTK diuraikan berikut ini.
1.      Mempersiapkan Kondisi Kelas
Kesungguhan guru yang melaksanakan PTK untuk mempersiapkan dengan baik kondisi kelas ini terutama didasari kesadaran bersama bahwa kelas sedang mengadakan perubahan. Oleh karena itu segala sesuatu yang kemungkinan dapat mengganggu perubahan yang diharapkan harus dapat diminimalisasi sedemikian rupa sehingga diharapkan jika setelah dilakukan analisis diketahui tidak terjadi perubahan yang berarti dari tindakan perbaikan yang dilakukan, maka dapat diduga tindakan perbaikan tersebut yang belum tepat, bukan Karen kondisi atau factor yang lain. Kesiapan kondisi kelas ini juga akan sangat membantu guru agar lebih fokus dan konsentrasi melakukan langkah-langkah tindakan yang telah disusun, dapat melakukan pencatatan data dengan baik atau mengamati dan menilai sdcara cermat perubahan-perubahn yang terjadi.
2.      Mempersiapkan Siswa
Guru dan siswa adalah orang yang menjadi aktor utama dalam pelaksanaan PTK, walaupun mungkin siswa tidak mengetahui akan hal itu. Keterlibatan siswa secara aktif dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan scenario pembelajran yang telah dipersiapkan guru. Akan dangat menentukan berhasil tidaknya perubahan yang diharapkan guru melalui PTK yang dikembangkaannya. Untuk itu sebelum guru mulai melakukan tindakan-tindakan perbaikan dalam PTK, sebaiknya guru melakukan beberapa hal yang berkaitan dangan kesiapan siswa, yang meliputi :
a.       Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi yang akan dipelajari atau dibahas.
b.      Menjelaskan pentingnya kesiapan dan kesungguhan siswa di dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
c.       Menjelaskan tugas-tugas atau kegiatan apa yang akan dkerjakan siswa dan bagaimana melakukannya.
d.      Meningkatkan siswa akan keterbatasan waktu yang tersedia agar mereka dapat menggunakannya secara efektif.
Di dalam memberikan penjelasan awal ini guru hendaknya dapat melakukan penghematan waktu dengan baik, agar tidak mengganggu waktu yang telah dialokasikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau melakukan tindak-an-tindakan dalam PTK.
3.      Mempersiapkan Sarana/ Fasilitas
Jika rancangan PTK yang telah disusun guru mengharuskan adanya ketersediaan saran dan Fasilitas pendukung pembelajaran, maka hendaknya dapat dipersiapkan dahulu dengan baik. Di samping sarana/fasilitas juga diperlukan kesiapan guru di dalam menggunakannya.
4.      Menyiapkan Alat-Alat Bantu Pembelajaran, Termasuk Kelengkapan Pengumpulan Data
Sebagai peneliti atau guru yang sedang melaksanakan PTK, di samping melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan persiapan mengajar yang telah disusunnya, ia juga berkewajiban mencatat perubahan-perubahan yang terjadi, atau merekan informasi atau peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Pencatatan dan perekaman data menjadi salah satu persyaratan bagi pelaksana PTK, sebab ia harus mengetahui secara cermat perubahan-perubahan yang terjadi akibat tindakan yang dilakukannya. Jika perubahan yang terjadi tidak langsung dicatat atau direkam, dikhawatirkan guru tidak mampu mengingat kembali data, informasi yang harus diketahuinya. Hal ini tentu akan menyulitkan pelaksanaan langkah PTK selanjutnya, terutama dalam merevisi perencanaan tindakan perbaikan. Pencatatan atau pengumpulan data dapat menggunakan instrument berupa format yang telah disediakan, atau melalui catatan-catatan yang dibuat langsung guru sendiri selama pembelajaran berlangsung.
5.      Implementasi Di Kelas
Dalam pelaksanaan PTK, guru juga diharapkan dapat benar-benar mempersiapkan apersepsi yang lebih menarik. Pada umumnya, dalam satuan pelajaran, apersepsi yang dibuat guru ditulis dengan kata-kata, tanpa menuliskan apa dan bagaimana rumusan apersepsi, misalnya : “Guru mengadakan apersepsi”, sehingga ketika pelaksanaan di dalam kelas, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kurang menarik perhatian dan sebaliknya mengingat minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas. Bahkan mungkin apersepsi tersebut tidak terkait dengan materi yang akan dibahas.
Sebelum mulai mempelajari atau membahas materi baru, guru harus merasa yakin bahwa materi yang mendasari bahan yang akan dibahas telah dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik. Sebagai guru yang melaksanakan PTK perlu menyadari dan harus yakin bahwa materi sebelumnya sudah dikuasai muridnya atau sebagai materi pra-syarat yang harus dikuasai sehingga memudahkan peserta didik mempelajari materi baru. Untuk itu guru perlu melakukan tes atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah dikuasai siswa tersebut.
Metode yang tertulis dalam satuan pelajaran, misalnya metode ceramah, tanya jawab atau diskusi dan atau praktek mandiri. Dalam pelaksanaan PTK metode-metode tersebut harus dioperasionalkan (misalnya: apa yang harus dibahas dengan metode ceramah, pada bagian mana murid mempraktekkan sendiri, bagaimana mendiskusikan, dan sebagainya). Jadi guru sebagai pelaksana PTK perlu jelas tentang “apa dan bagaimana” metode harus dilaksanakan, apakah kegiatan dengan metode tersebut dilaksanakan secara klasikal, individual atau kelompok.
Dimensi lain yang harus selalu mendapat perhatian guru yang melaksanakan PTK adalah pengaturan dan pemanfaatan waktu belajar. Alokasi waktu dan pemanfaatan waktu sangat penting dalam proses pembelajaran atau pelaksanaan PTK oleh guru, karena guru selain mengajar juga mengadakan penelitian. Sebagai pelaksana PTK guru harus selalu cermat dan teliti bahwa tugas guru tidak sekedar menyampaikan materi akan tetapi juga melakukan latihan-latihan, melakukan pengumpulan data dan melakukan evaluasi.
Agar pelaksanaan PTK yang dilakukan guru ini dapat berlangsung secara terarah, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip, yang oleh Hopkins (1993) disebut sebagai criteria PTK yang dilakukan oleh guru. Pertama, tugas utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu PTK yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru secara metodologis diharapkan tidak mengganggu aktivitas pokok guru dalam mengajar. Tidak boleh terjadi, bahwa karena sedang melaksanakan PTK guru mengorbankan kegiatan-kegiatan lain khususnya berkenaan dengan siswa demi penelitian yang dilaksanakannya. Dengan perkataan lain, guru harus selalu mengutamakan siswa karena tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa professional yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang dikelolanya. Kedua, cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita waktu guru sehingga guru kehilangan konsentrasi didalam membahas materi pelajaran. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan pengumpulan data, analisis, dan interpretasi. Anda mungkin dapat memahami jika proses pengumpulan data menyita waktu guru terlampau banyak, konsentrasi guru dalam mengajar akan terganggu, bahkan tujuan pembelajaran akan sulit dicapai. Oleh karena itu jika dimungkinkan, guru dapat memanfaatkan alat perekam seperti tape recorder atau mita bantuan teman sejawat terutama bagi para peneliti PTK pemula yang belum begitu terbiasa melakukan beberapa aktivitas secara simultan. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dan refleksi untuk penyempurnaan tindakan pada siklus berikutnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar